ruang lingkup filsafat ilmu

Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

Ruang LIngkup Filsafat Ilmu


     ruang lingkup filsafat ilmuAssalamualaikum Wr.Wb. kali ini saya akan membagikan artikel tentang ruang lingkup filsafat ilmu untuk lebih jelasnya bisa kalian simak penjelasan dibawah ini.

A.      ILMU SEBAGAI OBJEK KAJIAN FILSAFAT
                                                                                                        
Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek, yaitu objek material dan objek formal. Objek Material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Adapun  objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun, objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.

Cakupan objek ruang lingkup filsafat ilmu lebih luas dibandingkan dengan ilmu karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan filsafat yang mencakup empiris dan yang non-empiris. Objek ilmu Filsafat  terkait dengan filsafat pada objek empiris. Di samping itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional, dan logis, termasuk hal yang empiris. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Will Durant mengibaratkan Filsafat Ilmu bagaikan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing, sehingga ilmuwan secara praktis membelah gunung dan merambah hutan. Setelah itu, filsafat kembali ke laut lepas untuk berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh.1

Karena itu, filsafat oleh para filosof disebut sebagai induk ilmu. Sebab, dari filsafatlah, ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu teknologi. Awalnya, filsafat terbagi pada teoretis dan praktis. Filsafat teoretis mencakup metafisika, fisika, matematika, dan logika, sedangkan filsafat praktis adalah ekonomi, politik, hukum, dan etika. Setiap bidang ilmu ini kemudian berkembang dan menspesialisasi, seperti fisika berkembang menjadi biologi, biologi berkembang menjadi anatomi, kedokteran, dan kedokteran pun terspesialisasi menjadi beberapa bagian. Perkembangan ini fapat diibaratkan sebuah pohon dengan cabang dan rating yang semakin lama semakin rindang.

Bahkan dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak hanya dipandang sebagai ilmu dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Filsafat ilmu yang sedang dibahas ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tuntunan tersebut karena filsafat tidak dapat hanya berada pada laut lepas, tetapi diharuskan juga dapat membimbing ilmu. Di sisi lain, perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja ilmu semakin jauh dari induknya, tetapi juga mendorong munculnya arogansi dan bahkan kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan yang lain. Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagai kepentingan. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami.

Baca Juga :Karya Seni Rupa Terapan Bermutu
 
Ilmu sebagai objek kajian filsafat sepatuhnya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radikal, menyeluruh, dan rasional. Begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalam filsafat sepatuhnya merupakan bagian dariilmu karenanya ilmu dilihat pada posisi yang tidak mutlak, sehingga masih ada ruang untuk berspekulasi demi pegembangan ilmu itu sendiri.

B.      PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

1.      Filsafat dan Hikmah
Filsafat dalam bahasa inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (‘hikmah’, kebijaksanaan, pengetahuan, etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut faliasûf.2
Harun Nasution mengatakan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafa dengan wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah benda dari falsafa seharusnya falsafah dan  filsaf. Menurutnya, bukan berasal dari bahasa Arab falsafah dan bukan dari kata inggris pholosophy. Harun nasution mempertanyakan apakah kata fil berasal dari bahasa inggris dan safah  diambil dari kata Arab, sehingga terjadilah gabungan keduanya, yang kemudian menimbulkan kata filsafat?3
Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa Arab karena orang Arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa indonesia daripada orang dan bahasa inggris. Oleh karena itu, dia konsisten menggunakan kata falsafat, bukan filsafat. Buku-bukunya mengenai “filsafat” ditulis dengan falsafat, seperti Falsafat Agama dan Falsafat dan Mistisisme dalam islam.4
Kendali istilah filsafat yang lebih tepat adalah falsafat yang berasal dari bahasa Arab, kata filsafat sebenarnya bisa diterima dalam bahasa indonesia. Sebab, sebagian kata Arab yang diindionesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti masjid dan karâmah menjadi keramat. Karena itu, perubahan huruf a menjadi i dalam kata falsafah bisa ditolelir. Lagi pula, dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia, kata Filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.5
Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:
1.      Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2.      Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
3.      Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4.      Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
5.      Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.6
Baca Juga : Pengertian Sejarah Dinasti Ayyubiyah
Pengertian filsafat secara etimologi sangat beragam, baik dalam ungkapan mauoun titik tekanannya. Bahkan, Moh. Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik trekan sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu, biarkan saja seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkan sendiri.
Pendapat ini ada benarnya, sebab intisari filsafat berfilsafat itu terdapat pada pembahasan bukan pada definisi. Namun, definisi filsafat ini dijadikan patokan awal diperlukan untuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang terkait dalam filsafat ilmu. Karena itu, di sini dikemukakan beberapa definisi dan para filosof terkemuka yang cukup representatif, baik dari segi zaman maupun kualitas pemikiran.
Sutan Takdir Alisjahbana berpendapat bahwa filsafat adalah berfikir dengan insaf. Yang dimaksud dengan insaf adalah berfikir dengan teliti, menurut aturan yang pasti.8 Sementara itu, Deng Fung Yu Lan, seorang filosof dari dunia Timur, mendefinisikan filsafat adalah pikiran yang sistematis dan refleksi tentang hidup.9
Filsafat juga didefinisikan oleh H. Hamersama sebagai pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren (bertalian) tentang seluruh kenyataan.10 Sedangkan Harun Nasution mengatakan bahwa filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.

Dalam pandangan Sidi Gazalba filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.12
Pendapat Sidi Gazalba ini memperlihatkan adanya tiga ciri pokok dalam filsafat, yaitu :
1.      Adanya unsur berfikir yang dalam hal ini menggunakan akal.
2.      Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berfikir tersebut.
3.      Adanya unsur ciri yang terdapat dalam pikiran tersebut, yaitu mendalam.
Baca Juga : Cerita Legenda Asal Usul Danau Toba
Uraian di atas menunjukkan dengan jelas ciri dan karakteristik berfikir secara filosofis. Intinya adalah upaya secara sungguh-sungguh dengan menggunakan akal pikiran sebagai alat utamanya untuk menemukan hakikat segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu.
Telah disebut di atas bahwa salah satu makna filsafat adalah mengutamakan dan mencintai hikmah. Fuâd Ifrâmi al-Bustânî mengartikan hikmah dalam kitab monumentalnya Munjid al-Thullâb, secara etimologi yaitu al-‘adl (memposisikan sesuatu pada porosnya), al-hilm (akal baligh/pemikiran yang sempurna), al-falsafah (filsafat), dan secara terminologi yaitu :

“Ungkapan atau pemikiran yang sesuai dengan kebenaran suatu pendapat yang valid.”

Ibnu Mundzir, penulis kamus standar dalam bahasa Arab, Lisân al-‘Arabî, menjelaskan bahwa istilah hikmah berarti terhindar dari kerusakan dan kezaliman, karena hikmah adalah ilmu yang sempurna dan manfaat.
Lain halnya dengan al-Jurjâni dalam mendefinisikan kata hikmah adalah:
“Ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang ada menurut kadar kemampuan manusia”
Ibnu Sinâ mengartikan kata hikmah dalam al-Thabî’iyyât adalah:
“Hikmah ialah mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia.”

Rumusan tersebut mengisyaratkan bahwa hikmah sebagai paradigma keilmuan yang mempunyai tiga unsur utama, yaitu: 1) Masalah, 2) Fakta dan data, 3) Analisis ilmuwan dengan teori.14 Al-Syaybanî mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan mencari sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menginterpretasikan pengalaman-pengalaman manusia.1

2.      Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dengan wazan fa’ila, yaf’alu, yang berarti: mengerti, memahami benar-benar, seperti ungkapan:
“Asmu’i telah memahami pelajaran filsafat”.16 Dalam bahasa inggris disebut sciense; dari bahasa Latin scientia (pengetahuan) scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme.17 Jadi pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.1 Mulyadhi kartanegara mengatakan bahwa ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang nonfisik, seperti metafisika.
Adapun beberapa ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi, antara lain adalah:
1.      Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan  kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
2.      Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek (atau alam objek) yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalah hakikat ilmu. Prinsip-prinsip metafisis objek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicirikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berfikir.
3.      Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4.      Di pihak lain, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu. Kendati demikian, rupanya baik untuk tidak memasukkan persyaratan ini dalam definisi ilmu, karena objektifitas ilmu dan kesamaan hakiki daya persyaratan ini pada umumnya terjamin.
5.      Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamat dan berifkir metodis, tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting adalah terminologi ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
6.      Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya. Teori skolastik mengenai ilmu membuat pembedaan antara objek formal. Yang terdahulu adalah objek konkret yang disimak ilmu. Sedangkan yang belakangan adalah aspek khusus atau sudut pandang terhadap objek material. Yang mencirikan setiap ilmu adalah objek formalnya. Sementara objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. Pembagian objek studi mengantar ke spesialisasi ilmu yang terus bertambah. Gerakan ini diiringi bahaya pandangan sempit atas bidang penelitian yang terbatas. Sementara penangkapan yang luas terhadap saling keterkaitan seluruh realitas lenyap dari pandangan.

Adapun perbedaan antara ilmu dan pengetahuan ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklarifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Ilmu bagaikan sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi, sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan di tempat lain yang belum tersusun dengan baik.

Demikian, artikel yg bisa saya sampaikan tentang penjelasan ruang lingkup filsafat ilmu
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Semua Tentang Pendidikan 15

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ruang lingkup filsafat ilmu"

Post a Comment